Minggu, 10 April 2011

Because Every Child is Special



Belajar itu bisa dari mana saja termasuk dari film. Beberapa waktu yang lalu aku mendapat film dari salah seorang teman yang sedang studi di Pendidikan Luar Biasa (PLB). Film India, judulnya  Taree Zameen Par. Dari sisi cerita film ini berbeda dari film-film yang pernah ku tonton sebelumnya. 



Film karya Aamir Khan ini berkisah tentang anak bermana Ihsaan, anak berusia delapan tahun, yang mengalami kondisi berbeda jika dibandingkan dengan teman seusianya. Disetiap harinya Ihsaan lama dalam melakukan perkerjaan yang sebenarnya harus bisa di lakukan secara mandiri untuk anak seusianya, seperti: mandi, makan dan menyiapkan keperluan sekolah. Prestasi di sekolah pun juga minim, dia sering di hukum akibat ulahnya yang unik. Namun, Ihsaan tumbuh sebagai anak laki-laki yang ceria, penuh dengan imajinasi dan sibuk dengan dunia sendiri. Sehingga,  takjarang  lingkungan menggapnya sebagai anak yang idiot. Akibat ulah-ulah tersebut Ihsaan sering di usir  dari kelas. Ketika di usir, kadang dia jalan-jalan mengamati keadaan masyaakat di jalan yang dia lalui. Karena kesulitan membaca dan memahami pelajaran, dia tidak mengerjakan PR. Karena alas an tersebut dia bolos sekolah dengan batuan kakaknya. Pihak sekolah Ihsaan akhirnya menyerah terhadap ulah ihsaan dan mengembalikan pada orangtuanya.  Ketika orang tuan Ihsaan mengetahui perilaku anaknya di sekolah, orang tua Ihsaan menggap dia anak yang nakal dan tidak disiplin kemudian Ihsaan di kirim ke sekolah asrama, dengan displin yang ketat.
Pada awalnhya di sekolah barunya Ihsaan merasa sangat tertekan, dia menggapap orang tuanya sedang menghukum dia karena mengirimkanya  ke tempat seperti itu. Iklim sekolah baru Ihsaan juga sangat kaku. Ihsaan menjadi pemurung, pendiam dan menarik diri dari pergaulan temannya. Sampai akhirnya datang guru bantu bernama Sir Nikumbh. Guru tersebut tertarik kepada Ihsaan karena Ihsaan pemurung dan menutup diri dari pergaulan. Dia mengamati keanehan pada diri Ihsaan, dia merasa keanehan yang dialami Ihsaan sama dengan keadaannya di masa kecil. Berdasar pengamatan tersebut disadari bahwa Ihsaan mengalami disleksia.* Menyadari akan permasalahan yang dihadapi Ihsaan, akhirnya Sir Nikumbh menerapkan metode belajar khusus pada Ihsaan. Melihat bakat seni Ihsaan yang cukup tinggi metode pembelajaran yang dilakukan Sir Nikumbh adalah belajar lewat seni. Ihsaan belajar membaca dan menulis lewat melukis dan bermain. Dan akhirnya dia pun bisa bangkit dan mengatasi masalah pada dirinya.
Actually,  filmnya bukan tergolong film baru, di rilis di akhir 2007, meskipun di Indonesia film ini tidak sepopuler 3 idiot namun film Taree Zameen Par mampu membawa penontonya untuk hanyut dalam cerita. 
Salah satu pelajaran berharga yang bisa dipetik dari film ini bahwa Every Child is Special. Acually, masing-masing dari mereka adalah pribadi yang luar biasa, sehingga kadang mereka mereka membutuhkan perlakuan yang berbeda sebagai pemantik untuk menyalakan sinar bintanya

Enjoy ur watching J

footnote:
Menyitir berbagai sumber, dileksia atau dalam bahasa inggris disebut dyslexia merupakan kondisi ketidakmampuan belajar pada seorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar