Selasa, 18 Desember 2018

Romantisme Budaya Nongkrong

Masyarakat selalu berkembang dari waktu ke waktu, meskipun kecil dari perkembangan tersebut membawa perubahan-perubahan didalamanya. Perubahan yang dimaksud tidak hanya dilihat secara makna tapi juga perubahan dari sisi akvititas dalam budaya tersebut. Nongkrong bukan  budaya baru bagi masyarakat Indonesia. 
    Hampir di berbagai wilayah di Indonesia memiliki ciri masing-masing dalam melakukan aktivitas nongkrong.  Misalnya di Jogja, nongkrong sudah  menjadi pemandangan yang jamak khususnya tempat-tempat daerah kantong mahasiswa. Dulu nongkrong dimaknai sebagai aktivitas informal untuk bertukar informasi dan memperkuat ikatan hubungan sosial didalamnya. Disadari atau tidak, nongkrong saat ini berkembangan mengikuti dinamika dalam  masyarakat. Jogja pun menawarkan beragam tempat nongrong  mulai dari angkringan hingga coffee shop yang menjadi ikon pergaulan kelompok kelas tertentu. Berbicara tentang angkringan, jika dulu angkringan  identik dengan  jajanan makanan murah, saat ini beberapa angkringan di Jogja sudah berevolusi menjadi icon gaul dan lokasi tujuan wisata. Misal di angkringan KR pada malam-malam tertentu digunakan untuk lokasi berkumpulnya komunitas-komunitas yang ada di Jogja. Tidak hanya angkringan yang menemukan evolusinya, jika diamati dalam satu tahun terakhir tempat pilihan tempat nongkrong yang mulai dimininati dan menarik adalah  outlet waralaba saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup dalam dinamika masyarakat.

Selasa, 21 Oktober 2014

Tentang Hujan


Sore itu hujan sejenak menyapa,
hanya sekilas..
hingga jejak aroma tanah yang biasanya pun tak mampu dia tinggalkan..
Hanya sekilas...
seolah tak menemui arti namun mampu menyemai asa baru . . .
seperti rindu yang masih optimis menunggu kesudahaan


Senja di Kos Kuwera,
20 Oktober 2014

Minggu, 29 Desember 2013

Quovadis CSR Pertambangan


Berbicara praktik industri pertambangan sama halnya berbicara sesuatu yang kompleks. Permasalahan yang dihadapi pun beragam hinggap silih berganti dalam setiap proses yang dilaluinya. Saya mengategorikan permasalahan yang jamak dihadapi perusahaan kedalam tiga fase mulai dari permasalahan pra-produksi hingga nanti bagaimana nasib wilayah pasca operasi tambang tersebut. Fase pertaman adalah pra-produksi tambang,  pun fase ini sudah turut berkontribusi dalam menyemai konflik, misalnya: pembebasan lahan. Tidak semua tahap pembahasan lahan berjalan mulus, tidak semua masyarakat langsung sepakat dengan harga beli yang di tawarkan. Berawal dari ini, sikap perusahaan menentukan bagaimana pola hubungan yang akan terbangung dengan masyarakat sekitar. Apabila perusahaan mengahadapinya dengan tangan dingin bisa jadi akan tercipta hubungan harmonis dikemudian hari, namun apabila cara yang ditempuh perusahaan sudah dengan sistem kekerasan bisa jadi benih-benih dendam tersemai halus kedalam masyarakat dan tumbuh bersama sikap-sikap penolakan keras terhadap operasi pertambangan tersebut. Fase kedua adalah fase produksi, dalam fase ini permasalahan yang dihadapi cukup beragam, namun apabila ditarik garis besar permasalahan yang sering muncul antara lain: kecemburuan yang terjadi di masyarakat lokal, terkait alokasi sumberdaya manusia (pekerja) yang lebih banyak diambil dari tenaga di luar daerah mereka, atau masyarakat meresa terganggu dan dirugikan atas aktivitas yang dilakukan perusahaan sehingga masyarakat menuntut berbagai dana kompensasi atas aktivitas yang dilakukan perusahaan tersebut. Aksi yang dilakukan masyarakat pun beragam guna mendapat perhatian perusahaan atas masalah-masalah tersebut, mulai dari demonstrasi ke perusahaan hingga pemblokiran jalan yang dilalui kendaraan-kendaraan perusahaan. Tentunya langkah masyarakat ini menjadi pukulan bahkan ancaman bagi eksistensi bisnis perusahaan. Mengatasnamakan esistensi operasi, maka perusahaan menerapkan berbagai tawaran “damai” untuk masyarakat lokal setempat. Program tersebut yang kemudian diklaim sebagai program CSR oleh perusahaan atau masyarakat lokal di salah satu site tambang di Indonesia menyebutnya dengan sebutan “comdev”. Dalam industri ekstraktif, praktik CSR yang dijalankan hanya sebatas pada program-program kekinian, perusahaan bersifat responsif atas reaksi yang ditimbulkan oleh masyarakat. Sehingga program CSR tak ubanya hanya sesuatu “kartu ijin operasi” (legal to operate) yang diberikan masyarakat terhadap perusahaan tersebut.

Jumat, 03 Mei 2013

Aku dan Diamku



aku masih dalam diamku, 
entah karena malas atau memang hadirmu sudah menepi dari rasaku,
pada dasarnya kita sama
sama-sama seorang penyecut yang tak mau jatuh karena alasan isyarat dangkal
ahh . . .
dan aku pun harus berucap lagi kata "entah"
entah mengapa kau harus menyapa
entah mengapa kau menyita pikiran
entah mengapa dan entah apalagi yang nanti akan kembali tertulis?
dan aku pun masih setia dalam diamku


di sudut ruang senja
2 Mei 2013



Selasa, 31 Januari 2012

Once Upon a Time at Batu #1

Batu City, most famous with the name of Batu Malang. This is one of plateau city at East Java. The place near Malang city and can be reached about one hour from Malang. Batu city has several good places and is a tourism destination, either nature tourism or education tourism.
Anyway, Batu has a new tourism destination. Alright, Jatim Park 2 is an awesome place for me. I went there when new year holiday with my family. This is a good place and recommended for a holiday destination with friends or with the big family.  
Here a few photos and short story when holiday at Jatim Park 2 J



The vacation started from Blitar (is my hometown), by car it can be reached about two hours. All the way we can saw a beautiful panorama.








Unfortunately, welcome greeting at Jatim Park 2 was raining fall  L