Masyarakat
selalu berkembang dari waktu ke waktu, meskipun kecil dari perkembangan
tersebut membawa perubahan-perubahan didalamanya. Perubahan yang dimaksud tidak
hanya dilihat secara makna tapi juga perubahan dari sisi akvititas dalam budaya
tersebut. Nongkrong bukan budaya baru
bagi masyarakat Indonesia.
Hampir
di berbagai wilayah di Indonesia memiliki ciri masing-masing dalam melakukan
aktivitas nongkrong. Misalnya di Jogja, nongkrong
sudah menjadi pemandangan yang jamak
khususnya tempat-tempat daerah kantong mahasiswa. Dulu nongkrong dimaknai
sebagai aktivitas informal untuk bertukar informasi dan memperkuat ikatan hubungan
sosial didalamnya. Disadari atau tidak, nongkrong saat ini berkembangan mengikuti
dinamika dalam masyarakat. Jogja pun
menawarkan beragam tempat nongrong mulai
dari angkringan hingga coffee shop
yang menjadi ikon pergaulan kelompok kelas tertentu. Berbicara tentang
angkringan, jika dulu angkringan identik
dengan jajanan makanan murah, saat ini
beberapa angkringan di Jogja sudah berevolusi menjadi icon gaul dan lokasi
tujuan wisata. Misal di angkringan KR pada malam-malam tertentu digunakan untuk
lokasi berkumpulnya komunitas-komunitas yang ada di Jogja. Tidak hanya
angkringan yang menemukan evolusinya, jika diamati dalam satu tahun terakhir
tempat pilihan tempat nongkrong yang mulai dimininati dan menarik adalah outlet
waralaba saat
ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup dalam dinamika masyarakat.