Rabu, 18 Mei 2011

Dari Mereka yang Selalu Dinamis

Beberapa waktu lalu aku sempat ke Jogja, bagaimanapun juga selalu ada alasan untuk berkunjung kota itu. Sampai-sampai saat ini aku masih tercatat sebagai penghuni kost di salah satu rumah kost yang ada disana. Dua minggu disana, banyak cerita yang ku alami, status sekarang memang beda, jika dulu bisa melenggang bebas main kesana kemari dengan status mahasiswa atau pekerja, sekarang predikat jobseeker jadi lebih direm main-mainnya,hehe (sebenarnya karena semakin sedikit temen mainnya, hihi)

Di minggu pertama, waktu terfokus untuk 'jalan-jalan' ke masyarakat, gak full seminggu sich, tapi beragam cerita bisa di ambil. Pada waktu itu aku ikut survei salah satu harian nasional sebagai enumerator. Ternyata modal lima tahun hidup di jogja tidak menjamin ku tahu wilayah jogja dan sekitarnya. Yang aku tahu hanya mall dan tempat-tempat main yang menarik dan bisa di buat narsis berfoto J
Ceritaku sebagai enumerator mengantarku kembali mengenang masa-masa kuliah dulu. Istilahnya dulu jika kami turun ke lapangan “nderek sinau dateng masyarakat”. Wilayah belajarku meliputi tiga kecamatan di Bantul, Menyebut nama Bantul, pasti membayangkan jauh dari pusat Kota Jogja dan wilayahnya bersifat rural. Ternyata tidak juag, area belajarku secara administrasi wilayah tersebut masuk Kabupaten Bantul. Namun, apabila di tinjau dari pembagian wilayah dari pusat kota ke daerah pedesaan, wilayah ini masuk dalam kategori Urban Fring. Dari sumber yang pernah aku baca, Urban Fring adalah daerah perbatasan antara kota dan desa yang memiliki sifat mirip dengan daerah wilayah perkotaan. Urban adalah daerah yang penduduknya bergaya hidup modern. Berdasar pandangan mataku, aku melihat masyarakat disana berada pada masa transisi. Mereka pun heteroagen. Diantara respondenku yang pendidikannya sampai S2 tapi ada juga yang hanya menamatkan di tingkat SMP. Mungkin karena masyarakat peralihan tersebut, pada hari pertama sempat ada cerita, aku bertemu responden yang menolak sebelum aku selesei menjelaskan maksud dan tujuan. Setelah aku cerita salah satu teman yang kebetulan tinggal tak jauh dari wilayah tersebut, she said: mungkin kamu dikira sales Kaa., hoho OMG..! Namun, jika sudah bisa ngobrol panjang dengan responden mereka akan sangat welcome, Actually, reaksi awal itu aku anggap wajar, siapa saja mungkin akan selalu waspada terhadap orang baru. Kesempatan belajar kembali kemasyarat, membuatku kembali melihat dinamika yang ada disana. Apa yang kita pelajari dibelakang meja akan lebih meresap ketika kita mengkombinasikan dengan melihat fakta, mungkin supaya ilmunya meresap. J

Tapi itulah masyarakat selalu dinamis, seperti air yang bentuknya selalu menyuasiakan wadahnya. Dari mereka aku belajar. Merekalah guru sepanjang zaman.

1 komentar: