Rabu, 18 Mei 2011

Warisan Nenek Moyang




Aku berjalan  disalah satu gang kecil yang tak jauh dari jalan kota dan salah satu kampus di jogja. Hiruk-pikuk kota pun masih terdengar nyaring di tempat itu. Tak jauh dari tempat itu ada warung makan yang menjajakan makanan. Penjajanya adalah para mahasiswa yang notabene adalah anak kost, karana alasan tak ada waktu atau bagi kami (anak kost) penyuka hal-hal instan membeli makan jauh lebih dianggap praktis daripada bersusah masak. Bagi mereka yang berpasangan, dinner sebagai rutinitas yang dilakukan bersama pasanganya, tentunya hal ini tidak berlaku untuk semua orang.

Ketika aku pulang pemandangan yang sama seperti beberapa bulan lalu kembali menarik perhatianku. Actually, ini masih kali kedua aku pergi ke warung itu. Pandangnku selalu jatuh pada lokasi yang sama. Rumah petak sederhana di belakang warung itu nampak berbeda dibanding dengan rumah-rumah disebelahnya. Didingnya terbuat dari batako, tidak ada yang special, sama seperti rumah disekitarnya. Yang membedakan hanya rumah itu nampak redup dari luar. Tampak dari luar, hanya teplok menempel di dinding. Rumah itu redup ditengah cahaya terang yang meneranginya.
Di kali kedua aku lewat itu, nampak anak kecil, jika ku mempekirakan umurnya mungkin masih seumuran SD. Dia asyik duduk di luar bersama buku-bukunya. Tiada alasan untuk belajar di tengah keterbatasan. Dia masih asyik belajar dengan mengadalkan cahaya lampu yang ada di gang tersebut. Ironis, tapi inilah fakta. Terlalu naif jika kemudian hanya menyalahkan pembangunan. Apakah mereka korban ketidakmerataan pembangunan.? Akupun tak mampu menjawab. Aku pun hanya penonton yang bebas dalam menginterpretasi. Mungkin bisa jadi redupnya rumah tersebut karena keluarga tersebut menjaga warisan nenek moyang. Sebuah lampu teplok yang hemat energi. Bukankah dengan demikian keluarga tersebut lebih care terhadap kelanjutan kehidupan umat manusia di masa yang akan datang. Entahlah . . .
Yang jelas dari drama singkat yang kulihat itu, anak kecil itu mengajariku: tiada alasan menyerah untuk belajar


Keterangan: 
lampu teplok disebut juga lampu tempel, biasanya di tempelkan di dinding dengan bahan bakar gasoline.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar